Hidup menyadarkan kita betapa pentingnya untuk memilih yang paling terbaik dari beribu-ribu yang terbaik. Adakala pilihan itu mendatangkan kebahagiaan ada pula yang mendatangkan derita, tergantung sejauh mana kedewasaan kita berpikir.
Hidup memang selalu menuntut kita untuk harus terus berusaha dalam kadaan apapun. Kerja keras kemudian akan mendatangkan pengalaman dan manfaat dalam menjalani setiap sudut hidup ini.
Terkait dengan hal tersebut, cinta adalah salah satu hal yang sangat dekat dengan pilihan yang berujung pada pengalaman penuh manfaat dan juga kemudian akan membentuk kedewasaan yang sempurna.
Orang tentunya akan bertanya? Dimanakah cinta akan menentukan pilihan jika pilihannya itu hanya menyakiti satu diantara yang lain? bagaimana cinta menghasilkan pengalaman indah jika terkadang hanya berujung pada penderitaan dua hati yang putus cinta? Atau kah bagaiman cinta membentuk kedewasaan jika hanya menghancurkan psikologi saat cinta tersebut gugur dan layu? Semuanya itu adalah pertanyaan yang perlu dikaji dan ditemukan jawabannya.
1. Dimanakah cinta akan menentukan pilihan jika pilihan itu hanya menyakiti satu diantara yang lain?
Setiap kisah percintaan tentu mengawalinya dengan pilihan, menjalani dengan pilihan dan tentunya berakhir juga dengan pilihan. Manusia menganggap cinta itu adalah sebuah ajang mencari kecocokan antara satu dengan yang lain yang berujung pada penentuan pilihan. Cinta memang rumir, sakit dan menyiksa tapi tetap juga membawa kebahagiaan. Berpikir dalam cinta tidaklah sama dengan berpikir ilmiah, karena cinta adalah kata hati sedangkan berpikir ilmiah adalah mengunakan akal atau logika. Karena cinta terlahir dari hati maka tidak mungkin pandangan mampu merubah pilihan yang ditunjukan oleh hati. Tapi jika cinta menggunakan logika maka tidak mungkin ada yang menikah, karena logika atau akal akan selalu mencari yang terbaik.
Hal inilah yang kemudian menjadikan cinta harus menyakiti satu dari yang lain.
2. Bagaimana cinta dapat menghasilkan pengalaman indah jika terkadang harus berujung pada penderitaan karena putus cinta?
Setiap orang tentu pernah merasakan kegagalan cinta dan hal ini dianggap sebagai pengalaman yang menyedihkan. Tetapi sebagian orang menyadari akan manfaat dari pengalaman sakit itu dan kemudian dianggap sebagai pengalaman indah karena hal tersebut yang menyadarkannya disaat ia mulai menuju kejalan yang salah lagi. keindahan sebuah pengalaman bukan hanya dilihat dari sebahagia apa orang itu dahulu, tapi juga dilihat dari seberapa besar manfaat dari tindakan terdahulunya yang kemudia dapat merubahnya menjadi jauh lebih baik.
3. Bagaimana cinta membentuk kedewasaan jika hanya menghancurkan psikologi disaat cita gugur dan layu?
Banyak orang beranggapan bahwa orang yang dewasa hanya dapat dilihat dari seberapa tua usianya atau seberapa banyak pengalamannya, namun hal tersebut hanyalah persentase kecilnya saja. Semua orang akan setuju jika tingkat kedewasaan seseorang itu terkait dengan seberapa dewasa cara berpikirnya.
Berkaitan dengan kedewasaan dalam cinta, pria lebih cendrung jauh lebih dewasa dibandingkan dengan wanita. Pria lebih berpikir kedepan ketimbang wanita.
Berkaitan dengan pertanyaan tersebut, dalam setiap berakhirnya sebuah hubungan tentunya selalu menghasilkan sebuah tekanan dalam psikologi manusia. Awalnya manusia akan mengalami trauma, putus asa, bingung, marah dan lain sebagainya. Terkadang manusia sering mengambil langkan pendek untuk menyelesaikan apa yang dirasakannya, hal ini karena cinta adalah suara hati dan hati tak mampu menahan derita batin, dan yang dapat menyelesaikan itu adalah kekuatan akal. Untuk itu hanya orang yang memiliki hati yang tulus dan akal yang cerdas yang dapat bertahan dengan cinta dan tentunya membentuk kedewasaan yang sejati.
PESAN UNTUK SEMUA
Cinta adalah bahasa batin, dan dalam menjalaninya dibutuhkan akal sebagai pemandu untuk penentu pilihan terbaik sehingga pengalaman yang didapatkan dapat membentuk kedewasaan yang abadi.
By Jufrisal Hasan